Halaman

Selasa, 13 Januari 2015

Inovasi Pendidikan

Pengertian Inovasi Pendidikan

Inovasi berasal dari kata latin, innovation yang berarti pembaharuan dan perbuahan. Inovasi ialah suatu perubahan yang baru yang menuju ke arah perbaikan yang lain atau berbeda dari yang sebelumnya, yang dilakukan dengan sengaja dan bererncana (tidak secara kebetulan saja).

Ibrahim (1988) mengemukakan bahwa inovsi pendidikan adalah inovasi dalam bidang pendidikan atau inovasi untuk memecahkan masalah pendidikan. Jadi, inovasi pendidikan adalah suatu ide, barang, metode, yang dirasakan atau diamati sebagai hal yang baru bagi hasil seseorang atau kelompok orang (masyarakat), baik berupa hasil inverse (penemuan baru) atau discovery (baru ditemukan orang), yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan atau untuk memcahkan masalah pendidikan.

Demikian pula Ansyar, Nurtain (1991) mengemukakan inovasi adalah gagasan, perbuatan, atau suatu yang baru dalam konteks social tertentu untuk menjawab masalah yang dihadapi.

Selanjutnya dijelaskan bahwa sesuatu yang baru itu mungkin sudah lama dikenal pada konteks sosial lain atau sesuatu itu sudah lama dikenal, tetapi belum dilakukan perubahan. Dengan demikian, daat disimpulkan bahwa inovasi adalah perubahan, tetapi tidak semua perubahan adalah inovasi.

Pembaharuan (inovasi) diperlukan bukan saja dalam bidang teknologi, tetap ijuga di segala bidang termasuk bidang pendidikan.pembaruan pendidikan diterapkan didalam berbagai jenjang pendidikan juga dalam setiap komponen system pendidikan.

Sebagai pendidik, kita harus mengetahui dan dapat menerapkan inovasi-inovasi agar dapat mengembangkan proses pembelajaran yang kondusif sehingga dapat diperoleh hasil yang maksimal.

Kemajuan suatu lembaga pendidikan sangat berpengaruh pada outputnya sehingga akan muncul pengakuan yang rill dari siswa, orang tua dan masyarakat. Namun sekolah/ lembaga pendidikan tidak akan meraih suatu pengakuan rill apabila warga sekolah tidak melakukan suatu inovasi di dalamnya dengan latar belakang kekuatan, kelemahan tantangan dan hambatan yang ada.

Menurut Santoso (1974), tujuan utama inovasi adalah, yakni meningkatkan sumber-sumber tenaga, uang dan sarana, termasuk struktur dan prosedur organisasi.

Tujuan Inovasi Pendidikan

Tujuan inovasi pendidikan adalah meningkatkan efisiensi, relevansi, kualitas dan efektivitas: sarana serta jumlah pendidikan sebesar-besarnya (menurut criteria kebutuhan peserta didik, masyarakat, dan pembangunana), dengan menggunakan sumber, tenga, uang, alat, dan waktu dalam jumlah yang sekecil-kecilnya.

Tahap demi tahap arah tujuan inovasi pendidikan Indonesia:
a. Mengajar ketinggalan-ketinggalan yang dihasilkan oleh kemajuan-kemajuan ilmu dan teknologi sehingga makin lama pendidikan di Indonesia makin berjalan sejajara dengan kemjuan tersebut
b. Mengusahakan terselenggaranya pendidikan sekolah maupun luar sekolah bagi setiap warga Negara. Misalnya meningkatkan daya tampung usia sekolah SD, SLTP, SLTA, dan Perguruan Tinggi.

Menumbuhkan Kepedulian Anak di Masa Remaja Akan Lingkungan Sekitar

Menumbuhkan Kepedulian Anak di Masa Remaja Akan Lingkungan Sekitar dilakukan untuk menghindari efek negatif dari pengaruh dunia digital dan menumbuhkan rasa cinta terhadap lingkungan. Cara yang bisa dilakukan adalah dengan mengenalkan para generasi muda pada lingkungan, diantaranya :
  1. Memberi hewan peliharaan Cara ini cukup ampuh membuat anak-anak mencintai makluk hidup dan mengajarkan pada mereka untuk lebih bertanggung jawab untuk memberi maknan, minum, merawat, dan melindungi hewan peliharaannya. Kepedualian pada hewan peliharaannya tersebut, tentunya juga dapat menumbuhkan kepeduliannya terhadap sesama.
  2. Mengajarkan hal-hal kecil pada anak atau remaja.
    Ajarkan pada anak tentang hal-hal kecil yang apabila diabaikan dapat menimbulkan dampak yang besar, misalnya membuang sampah, penggunaan air, pemakaian listrik, dan lain sebagainya.
  3. Mengajak anak-anak/remaja liburan di alam bebas.
    Liburan tidak harus ke mal atau taman hiburan, tapi bisa dilakukan dialam bebas. Liburan dengan konsep kembali ke alam menjadi salah satu alternatif yang tepat untuk mengenalkan dan mendekatkan anak dengan alam.
  4. Mengajarkan cara Berkebun
    Berkebun tidak hanya bisa dilakukan dilahan yang luas, karena lahan sempitpun bisa dimanfaatkan untuk area berkebun. Tanaman di sekitar rumah tidak hanya  menyegarkan mata, tetapi juga bisa dipetik hasilnya, misal buah-buahan, sayuran, dan tanaman lainnya. Lebih baik biarkan lahan tersebut tetap alami dengan menanaminya tanaman bunga atau pohon buah-buahan. Selain dapat menyegarkan mata karena keindahannya, Anda juga dapat memetik hasil apabila menanami pohon buah di lahan tersebut. Dengan mengajak anak berkebun, otomatis mereka akan turut menghargai, merawat, dan mencintai tanaman tersebut dengan sepenuh hati.
  5. Mengajarkan anak untuk mendaur ulang barang bekas
    Mendaur ulang barang bekas sebagai wujud cinta lingkungan. Cara ini dilakukan untuk mengurangi sampah non organik yang umumnya sulit terurai. Beberapa barang bekas yang bisa didaur ulang, antara lain : botol minuman, kaleng sarden, kertas, kain, kantong plastik, dan lain sebagainya.

Kreatifitas Remaja

Kreativitas adalah kemampuan individu untuk menciptakan sesuatu yang baru (Barron, 1965). Kreativitas membantu manusia untuk dapat menemukan berbagai alternatif jalan keluar terhadap masalah yang dihadapi. Tanpa adanya kreativitas, manusia akan sulit berkembang di tengah keadaan dunia yang serba dinamis.

Ketika seseorang memasuki usia remaja, banyak perubahan yang terjadi dalam dirinya. Remaja mengalami perubahan secara fisik dan psikis. Perubahanperubahan tersebut seringkali menimbulkan kegelisahan pada remaja. Remaja

juga mulai dihadapkan pada berbagai keputusan untuk hidupnya. Remaja mengalami masa-masa yang penuh tuntutan dari lingkungan sekitar. Oleh karena itu, kreativitas sangat dibutuhkan untuk dapat membantu mereka melakukan
penyelesaian masalah. Kreativitas dapat tumbuh dan berkembang jika didukung oleh situasi yang
kondusif. Beberapa hal eksternal yang mempengaruhi kreativitas adalah situasi
yang kondusif dari lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Dalam hal ini, faktor pola asuh orang tua menjadi hal yang dianggap paling mempengaruhi kreativitas seseorang karena pola asuh orang tua sudah dirasakan sejak lahir.
Selain faktor-faktor di atas, kreativitas juga dapat ditingkatkan dengan belajar musik. Hal ini terbukti dengan adanya beberapa penelitian tentang
pengaruh musik terhadap perkembangan kreativitas. Penelitian sebelumnya banyak yang menghasilkan suatu kesimpulan bahwa musik klasik dan jazz dapat meningkatkan kreativitas seseorang. Perbedaan metode pembelajaran antara
musik klasik dan jazz memungkinkan perbedaan kemampuan kreativitas yang dihasilkan para siswanya. Penelitian kuasi-eksperimental ini berusaha melihat perbedaan kemampuan kreativitas yang dihasilkan oleh remaja yang belajar musik klasik, jazz, dan yang tidak belajar musik. Populasi penelitian ini terbagi atas tiga
kelompok. Populasi remaja yang belajar musik klasik dan jazz adalah mereka yang berusia 12 sampai 22 tahun dan mengikuti pembelajaran musik minimal level 2 di sekolah musik Farabi, YPM, IKJ, dan Yamaha. Sementara itu, populasi
remaja yang tidak belajar musik adalah mahasiswa Universitas Atmajaya yang berusia maksimal 22 tahun dan memilih sendiri jurusan kuliah yang mereka minati. Pada awalnya, digunakan kuesioner pola asuh untuk menyamakan karakter subyek penelitian. Subyek penelitian dipilih dengan teknik purposive sampling dengan jumlah 37 remaja yang belajar musik klasik, 35 remaja yang belajar musik jazz, dan 40 remaja yang tidak belajar musik. Untuk mengukur skor kreativitasnya, peneliti menggunakan alat Tes Kreativitas Verbal (TKV) karena paling mampu merepresentasikan teori yang
digunakan penulis sebagai acuan, yaitu teori Guilford (1950). Tes ini mengukur kemampuan seseorang mengeksplorasikan ide-ide dalam bentuk verbal, oleh karena itu, hasil skornya lebih mengarah kepada kemampuan verbalnya.
Tes Kreativitas Verbal diadministrasikan kepada 18 remaja yang belajar musik klasik, 10 remaja yang belajar musik jazz, dan 17 remaja yang tidak belajar musik. Penulis menggunakan uji terpakai dalam penelitian ini karena populasi subyek penelitian yang berjumlah kecil dan sulit didapatkan.
Berdasarkan perhitungan dengan statistik non-parametrik metode Kruskall-Wallis one-way analysis of variance by ranks, didapatkan bahwa ada perbedaan kreativitas antara remaja yang belajar musik klasik, musik jazz, dan remaja yang tidak belajar musik. Tetapi, berdasarkan hasil skor kreativitas diperoleh kesimpulan bahwa kemampuan kreativitas tertinggi diperoleh pada
remaja yang tidak belajar musik. Penulis melakukan beberapa analisis tambahan, dan didapatkan suatu kesimpulan bahwa perbedaan jumlah subyek berdasarkan jenis kelamin turut
mempengaruhi hasil penelitian. Selain itu, penggunakan alat tes kreativitas yang bermuatan verbal dirasa kurang dapat mengukur kemampuan kreativitas seseorang secara keseluruhan.
Penelitian ini memberikan saran praktis yakni bagi praktisi psikologi untuk dapat melakukan pengembangan alat ukur kreativitas di Indonesia. Selain itu, penulis juga memberikan saran kepada lembaga pendidikan musik untuk terus meningkatkan kualitas pendidikan musiknya

Remaja Yang Berprestasi



Sebenarnya, pencapaian prestasi pada masa remaja sangat penting, terutama prestasi belajar, karenamenjadi landasan untuk langkah-langkah selanjutnya. Tetapi, John W. Santrock dalam bukunya yang berjudul Adolescence menganggap bahwa masa remaja adalah masa kritis dalam pencapaian prestasi. Hal ini disebabkan tekanan sosial dan akademis yang memaksa remaja untuk berprestasi dengan cara-cara yang baru.

Ada pula dengan prestasi yang membutuhkan motivasi untuk mencapai kesuksesan. Motivasi berprestasi adalah keinginan untuk menyelesaikan sesuatu, mencapai suatu standar kesuksesan, dan berusaha untuk mencapai kesuksesan tersebut.

Tetapi, menurut Homer seperti yang dikutip melalui buku Adolescence, sekarang ini, banyak remaja yang takut akan kesuksesan. Mereka khawatir tidak akan diterima oleh lingkungan sosialnya bila mereka sukses. Tentu saja, kita tidak boleh larut dalam pandangan keliru tersebut. Kita memang makhluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam kehidupan.

Akan tetapi, kita juga mempunyai kewajiban bersama dan mencapai apa yang kita cita-citakan. Jika selama ini kita belum berprestasi, kita tidak perlu malu untuk memulai membangun prestasi. Karena prestasi kita di masa depan ditentukan oleh apa yang kita lakukan saat ini.

Oleh karena itu, jadilah remaja yang berhasil. Jadilah remaja yang sukses di sekolah dan menikmati sekolahnya.Jadilah remaja yang memiliki prestasi di bidang yang disukai.

Sifat siswa yang berprestasi …
  •          Yakin bahwa Prestasi adalah tanggung jawab diri sendiri.
  •          Berpendapat bahwa sekolah itu penting, tetapi bukan yang paling penting.
  •          Memahami bahwa sekolah tidak 100% mengasyikkan.
  •          Memandang diri sendiri sebagai sosok yang kompeten dan mampu.
  •         Jika tidak mendapatkan nilai sempurna dalam suatu mata pelajaran, maka tidak akan menganggap hal itu sebagai kegagalan.
  •       Tidak begitu menekankan arti penting kesuksesan.Menyadari bahwa membuat kesalahan adalah bagian dari proses belajar dan berkembang.

SUKSES BERPRESTASI DI SEKOLAH
Ada banyak hal yang dapat kita lakukan agar kita dapat berprestasi dalam belajar:
1.Persiapan diri dalam menghadapi pelajaran
2.Menciptakan pusat belajar di rumah
3.Pengaturan waktu
4.Pengaturan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan dalam belajar

Persiapan Menghadapi Pelajaran
1.      Di rumah. Sebelum berangkat sekolah, periksa dulu barang-barang yang kita butuhkan hari itu! Apakah semuanya sudah lengkap untuk dibawa?

2.      Di lokermu. Sebelum masuk kelas, periksa dulu loker kita! Pastikan semua yang kita butuhkan sudah tersedia.

3.      Di kelas. Sebelum ke luar kelas, catat tugas-tugas yang diberikan dan apa yang harus kita lakukan!

4.    Kembali ke rumah. Periksalah jadwal harianmu! Cobalah berpegang teguh pada jadwal itu! Tepatilah komitmen belajar kita! Jika memungkinkan, kerjakan PR pada jam yang sama setiap hari.

5.      Di rumah. Sebelum tidur, letakkan tas, alat tulis, buku, PR, tugas sekolah yang sudah ditandatangani, tugas-tugas khusus, dan apa saja yang kita butuhkan esok paginya di satu tempat.

Tips agar bisa belajar dengan baik.
1.     Tempat. Berusahalah menemukan tempat yang tenang dan bebas dari gangguan (suara telepon, TV, radio, video game).
2.      Pencahayaan. Sebagian siswa menyukai cahaya terang, sementara yang lain memilih cahaya yang lebih redup. Tetapi, cahaya alami matahari adalah cahaya yang paling bagus untuk kita.
3.      Tempat duduk. Boleh meringkuk di sofa empuk ketika membaca cerita. Dan cobalah untuk duduk di kursi berpunggung di depan meja agar kita berkonsentrasi.
4.       Keributan. Carilah tempat yang jauh dari pusat keramaian.
5.       Alat tulis. Siapkan alat tulis selengkap mungkin, seperti pensil, pulpen, karet penghapus, rautan pensil, penggaris, dan pensil warna di mejamu.

6.      Komputer. Jika kamu memiliki komputer di rumah yang diletakkan bukan di temapat belajar, melainkan di tempat umum yang bisa digunakan bersama anggota keluarga laian, dan kamu harus membuat jadwal untuk menggunakan komputer.7.Tempat menyimpan tugas berjangka panjang. Sebagian tugas dari sekolah bisa menghabiskan waktu berminggu-minggu atau berbulan-bulan untuk diselesaikan. Dalam merencanakan tugas berjangka panjang, pikirkan pula cara menata bahan-bahan yang kamu butuhkan untuk tugas 

Kenakalan Remaja


1.    Pengertian Kenakalan Remaja

Kenakalan remaja adalah semua perubahan anak remaja (usia belasan tahun) yang berlawanan dengan ketertiban umum (nilai dan norma yang diakui bersama) yang ditujukan pada orang, binatang, dan barang-barang yang dapat menimbulkan bahaya atau kerugian pada pihak lain Kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang dari norma-norma hukum pidana yang dilakukan oleh remaja. Perilaku tersebut akan merugikan dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya.
Definisi kenakalan remaja menurut para ahli :


2.    Penyebab Kenakalan Remaja

Ulah para remaja yang masih dalam tarap pencarian jati diri sering sekali mengusik ketenangan orang lain. Kenakalan-kenakalan ringan yang mengganggu ketentraman lingkungan sekitar seperti sering keluar malam dan menghabiskan waktunya hanya untuk hura-hura seperti minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan terlarang, berkelahi, berjudi, dan lain-lainnya itu akan merugikan dirinya sendiri, keluarga, dan orang lain yang ada disekitarnya.
Cukup banyak faktor yang melatar belakangi terjadinya kenakalan remaja. Berbagai faktor yang ada tersebut dapat dikelompokkan menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Berikut ini penjelasannya secara ringkas :
Faktor yang menyebabkan terjadinya kenakalan remaja secara umum dapat dikelompokan ke dalam dua faktor, yaitu sebagai berikut:
     1.      Faktor Intern
a)     Faktor Kepribadia
b)     Faktor Kondisi Fisik
c)     Faktor Status dan Peranannya di Masyarakat
2.      Faktor Ekstern
a)     Kondisi Lingkungan Keluarga
b)     Kontak Sosial dari Lembaga Masyarakat Kurang Baik atau Kurang Efektif
c)     Kondisi Geografis atau Kondisi Fisik Alam
d
)     Faktor Kesenjangan Ekonomi dan Disintegrasi Politik
e)     Faktor Perubahan Sosial Budaya yang Begitu Cepat (Revolusi)




3.    Gejala atau tanda-tanda seorang remaja mengalami kenakalan remaja

1.      anak-anak tidak disukai oleh teman-temannya sehingga anak tersebut menyendiri.
2.
      Anak-anak yang sering menghindarkan diri dari tanggung jawab di rumah atau sekolah.
3.
      Anak-anak yang sering mengeluh dalam arti bahwa mereka mengalami masalah yang oleh dia sendiri tidak sanggup mencari permasalahannya.
4.
      Anak-anak yang suka berbohong.
5.
      Anak-anak yang tidak sanggup memusatkan perhatian.
6.
      Anak-anak yang mengalami phobia dan gelisah dalam melewati batas yang berbeda dengan ketakutan anak-anak normal.
7.
      Anak-anak yang suka menyakiti / mengganggu teman-temannya disekolah atau dirumah.

4.    Perilaku-perilaku yang merupakan kenakalan remaja
 
berikut beberapa contoh kenakalan remaja yang ada di lingkungan sekitar:
a) perbuatan awal pencurian meliputi perbuatan berkata bohong dan tidak jujur;
b) perkelahian antar siswa termasuk juga tawuran antar pelajar;
c) mengganggu teman;
d) memusuhi orang tua dan saudara, meliputi perbuatan berkata kasar dan tidak hormat pada orang tua dan saudara;
e) Merokok;
f) menonton video atau media cetak yang tidak layak
g) Corat-coret tembok sekolah
h)
   Membolos dan
i)
     Mengendarai kendaraan di bawah umur tanpa helm
j)
     Selalu melanggar tata tertib
Jadi, dapat disimpulkan tindakan kenakalan remaja sangat merugikan bagi remaja dan masyarakat itu sendiri.

5.    Upaya mengatasi kenakalan remaja


Masa remaja sebagai periode merupakan suatu periode yang sarat dengan perubahan dan rentan munculnya masalah (kenakalan remaja). Untuk itu perlu adanya perhatian khusus serta pemahaman yang baik serta penanganan yang tepat terhadap remaja merupakan faktor penting bagi keberhasilan remaja di kehidupan selanjutnya, mengingat masa ini merupakan masa yang paling menentukan.
Selain itu perlu adanya kerjasama dari remaja itu sendiri, orang tua, guru dan pihak-pihak lain yang terkait agar perkembangan remaja di bidang pendidikan dan bidang-bidang lainnya dapat dilalui secara terarah, sehat dan bahagia.
Berikut Solusi dalam rangka penanggulangan kenakalan remaja :
1. Tindakan Preventif
    Usaha pencegahan timbulnya kenakalan remaja secara umum dapat dilakukan melalui cara berikut:
·         Mengenal dan mengetahui ciri umum dan khas remaja
·         Mengetahui kesulitan-kesulitan yang secara umum dialami oleh para remaja. Kesulitan-kesulitan mana saja yang biasanya menjadi sebab timbulnya pelampiasan dalam bentuk kenakalan.

Usaha pembinaan remaja dapat dilakukan melalui:
·         Menguatkan sikap mental remaja supaya mampu menyelesaikan persoalan yang dihadapinya.
·         Memberikan pendidikan bukan hanya dalam penambahan pengetahuan dan keterampilan melainkan pendidikan mental dan pribadi melalui pengajaran agama, budi pekerti dan etiket.
·         Menyediakan sarana-sarana dan menciptakan suasana yang optimal demi perkembangan pribadi yang wajar.
·         Memberikan wejangan secara umum dengan harapan dapat bermanfaat.
·         Memperkuat motivasi atau dorongan untuk bertingkah laku baik dan merangsang hubungan sosial yang baik.
·         Mengadakan kelompok diskusi dengan memberikan kesempatan mengemukakan pandangan dan pendapat para remaja dan memberikan pengarahan yang positif.
·         Memperbaiki keadaan lingkungan sekitar, keadaan sosial keluarga maupun masyarakat di mana banyak terjadi kenakalan remaja.
Sebagaimana disebut di atas, bahwa keluarga juga mempunyai andil dalam membentuk pribadi seorang remaja. Jadi untuk memulai perbaikan, maka harus mulai dari diri sendiri dan keluarga. Mulailah perbaikan dari sikap yang paling sederhana, seperti selalu berkata jujur meski dalam gurauan, membaca doa setiap melakukan hal-hal kecil, memberikan bimbingan agama yang baik kepada anak dan masih banyak hal lagi yang bisa dilakukan oleh keluarga. Memang tidak mudah melakukan dan membentuk keluarga yang baik, tetapi semua itu bisa dilakukan dengan pembinaan yang perlahan dan sabar.Dengan usaha pembinaan yang terarah, para remaja akan mengembangkan diri dengan baik sehingga keseimbangan diri yang serasi antara aspek rasio dan aspek emosi akan dicapai. Pikiran yang sehat akan mengarahkan para remaja kepada perbuatan yang pantas, sopan dan bertanggung jawab yang diperlukan dalam menyelesaikan kesulitan atau persoalan masing-masing.
   Usaha pencegahan kenakalan remaja secara khusus dilakukan oleh para pendidik terhadap kelainan tingkah laku para remaja. Pendidikan mental di sekolah dilakukan oleh guru, guru pembimbing dan psikolog sekolah bersama dengan para pendidik lainnya. Usaha pendidik harus diarahkan terhadap remaja dengan mengamati, memberikan perhatian khusus dan mengawasi setiap penyimpangan tingkah laku remaja di rumah dan di sekolah.
     Sekolah adalah lembaga pendidikan formal yang memiliki pengaruh kuat terhadap perkembangan remaja. Ada banyak hal yang bisa dilakukan pihak sekolah untuk memulai perbaikan remaja, di antaranya melakukan program “monitoring” pembinaan remaja melalui kegiatan-kegiatan keagamaan, kegiatan ekstrakurikuler yang ada di sekolah dan penyelenggaraan berbagai kegiatan positif bagi remaja.
Bimbingan yang dilakukan terhadap remaja dilakukan dengan dua pendekatan:
·         Pendekatan langsung, yakni bimbingan yang diberikan secara pribadi pada remaja itu sendiri. Melalui percakapan mengungkapkan kesulitan remaja dan membantu mengatasinya.
·         Pendekatan melalui kelompok, di mana ia sudah merupakan anggota kumpulan atau kelompok kecil tersebut:
2. Tindakan Represif
   Usaha menindak pelanggaran norma-norma sosial dan moral dapat dilakukan dengan mengadakan hukuman terhadap setiap perbuatan pelanggaran. Dengan adanya sanksi tegas pelaku kenakalan remaja tersebut, diharapkan agar nantinya si pelaku tersebut “jera” dan tidak berbuat hal yang menyimpang lagi. Oleh karena itu, tindak lanjut harus ditegakkan melalui pidana atau hukuman secara langsung bagi yang melakukan kriminalitas tanpa pandang bulu.
    Sebagai contoh, remaja harus mentaati peraturan dan tata cara yang berlaku dalam keluarga. Disamping itu perlu adanya semacam hukuman yang dibuat oleh orangtua terhadap pelanggaran tata tertib dan tata cara keluarga. Pelaksanaan tata tertib harus dilakukan dengan konsisten. Setiap pelanggaran yang sama harus dikenakan sanksi yang sama. Sedangkan hak dan kewajiban anggota keluarga mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan dan umur.
   Di lingkungan sekolah, kepala sekolahlah yang berwenang dalam pelaksanan hukuman terhadap pelanggaran tata tertib sekolah. Dalam beberapa hal, guru juga berhak bertindak. Akan tetapi hukuman yang berat seperti skorsing maupun pengeluaran dari sekolah merupakan wewenang kepala sekolah. Guru dan staf pembimbing bertugas menyampaikan data mengenai pelanggaran dan kemungkinan-kemungkinan pelanggaran maupun akibatnya. Pada umumnya tindakan represif diberikan dalam bentuk memberikan peringatan secara lisan maupun tertulis kepada pelajar dan orang tua, melakukan pengawasan khusus oleh kepala sekolah dan tim guru atau pembimbing dan melarang bersekolah untuk sementara waktu (skors) atau seterusnya tergantung dari jenis pelanggaran tata tertib sekolah.
3. Tindakan Kuratif dan Rehabilitasi
   Tindakan ini dilakukan setelah tindakan pencegahan lainnya dilaksanakan dan dianggap perlu mengubah tingkah laku pelanggar remaja itu dengan memberikan pendidikan lagi. Pendidikan diulangi melalui pembinaan secara khusus yang sering ditangani oleh suatu lembaga khusus maupun perorangan yang ahli dalam bidang ini.
Solusi internal bagi seorang remaja dalam mengendalikan kenakalan remaja antara lain:
·         Kegagalan mencapai identitas peran dan lemahnya kontrol diri bisa dicegah atau diatasi dengan prinsip keteladanan. Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin figur orang-orang dewasa yang telah melampaui masa remajanya dengan baik juga mereka yang berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap ini.
·         Adanya motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya untuk melakukan point pertama.
·         Remaja menyalurkan energinya dalam berbagai kegiatan positif, seperti berolahraga, melukis, mengikuti event perlombaan, dan penyaluran hobi.
·         Remaja pandai memilih teman dan lingkungan yang baik serta orangtua memberi arahan dengan siapa dan di komunitas mana remaja harus bergaul.
·         Remaja membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan.
Jika berbagai solusi dan pembinaan di atas dilakukan, diharapkan kemungkinan terjadinya kenakalan remaja ini akan semakin berkurang dan teratasi. Dari pembahasan mengenai penanggulangan masalah kenakalan remaja ini perlu ditekankan bahwa segala usaha pengendalian kenakalan remaja harus ditujukan ke arah tercapainya kepribadian remaja yang mantap, serasi dan dewasa. Remaja diharapkan akan menjadi orang dewasa yang berpribadi kuat, sehat jasmani dan rohani, teguh dalam kepercayaan (iman) sebagai anggota masyarakat, bangsa dan tanah air.